Bersiaplah, siapa tahu hari esok lebih sulit dari hari ini

Berdirilah tegak menatap hari esok, walau kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Lebih baik kah? Lebih mudah kah? Atau justru lebih sulit dari hari ini??. Semua pengharapan kita terhadap hari esok tentunya harus lebih baik dari hari ini. Hal ini pun disampaikan Rasulullah SAW dalam sabdanya “ merugilah bagi seseorang yang amalan hari ini sama dengan hari kemarin, dan celakalah bagi seseorang yang amalan hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin”. Pengharapan tersebut harus diseimbangi oleh sebuah kesiapan jika untuk mendapatkan derajat yang lebih baik dari hari kemarin harus melalui aral yang lebih terjal dari hari kemarin. Siapkah kita menghadapinya? Mampukah kita menjalaninya?? Sehingga predikat orang yang celaka tidak menimpa kita.

Bagi orang yang hidupnya serba kecukupan, tiadalah berfikir keras bagaimana caranya menyambung kehidupan untuk hari esok?? Tidak hanya sebatas materi yang difikirkan namun hal lain yang mendukung kehidupan dihari esok. Tapi ingatlah saudaraku, tidak sedikit pula seseorang yang hari ini bersuka ria dengan kenyamanan hidupnya namun esok hari ia harus terjaga dengan kondisi yang ia sama sekali tidak pernah membayangkannya.
Sepertinya diri inipun masih bersantai-santai dengan kenyaman hidup yang Allah berikan. Ada keinginan, namun hanya sediki sekali dan itu pun selalu dimenangkan oleh ego “kenyamanan” yang dirasakan hingga saat ini. Astagfirullahal’adzim.
Teringat seorang sahabat yang harus membiayai semua keperluan hidupnya dan orang tuanya selepas orang tuanya tidak mampu memberikan nafkah lagi. Mengapa ia bisa tapi aku tidak?? apakah aku harus dihadapkan pada kata “kepepet” dahulu sehingga aku mampu berdiri tegak dan bergerak. Harus dan harus. Tapi tidak, bukan itu, seharusnya aku bisa lebih bergerak dan memaksimalkan potensi dengan kenyamanan kondisiku saat ini. Fabiayyi’alaa irobbikumaa tukadziibaan.