Selamat datang temans, silahkan pilih menu yang kalian sukai, jangan lupa baca Bismillah ya ^_^

Budaya kemiskinan



Sulit untuk mencari kata pembuka untuk mendiskusikan tema diatas, ada perasaan tidak rela, berharap hanya ada di dunia lain saja, dan bukan, bukan di Indonesia. Indonesia kaya, bangga rasanya menjadi orang Indonesia. Masih ingat pepatah “kayu ditanam menjadi tumbuhan”, atau masyarakatnya yang “gemah ripah loh jinawi”, atau juga dengan kebhinekaannya yang meliputi bahasa, suku, budaya, adat-istiadat dan lainnya. Belum lagi kekayaan alam yang melimpah, bumi pertiwi menyimpan berbagai macam bahan tambang. Sungguh, bangga rasanya menjadi orang Indonesia.
Dunia pun telah mencatatnya dalam buku world in figure 2003, penerbit The Economist, USA data kekayaan Indonesia adalah: penghasil biji-bijian terbesar ke 6, penghasil teh terbesar ke 6, penghasil kopi terbesar ke 4, penghaail cokelat terbesar ke 2, penghasil minyak sawit (CPO) ke 2, penghasil lada putih ke 1, pengahsil lada hitam ke 2, penghasil puli dari buah pala ke 1, karet sintetik ke 4, penghasil kayu lapis ke 4, pengasil ikan ke 6, panghsil timah ke 2, penghasil batu bara ke 9, pengahasil tembaga ke 3, penghasil minyak bumi ke 11, pengahasil natural gas ke 6, LNG ke6, penghasil emas ke 8 dan penghasilan barang tambang lainnya (Http;//km.itb.ac.id).
Sampai-sampai Indonesia pun dijuluki The Super Biodiversity State oleh dunia karena kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui, Indonesia jua memiliki 16% binatang species reptil dan amphibi. Kekayaan lainnya yaitu Indonesia memiliki 25% dari spesies ikan di dunia yang sebagian diantaranya adalah endemik atau yang hanya dapat ditemui didaerah tersebut.
Namun mengapa kata-kata kemiskinan seolah akrab ditelinga masyarakat Indonesia. Setiap hari di media massa kita tidak pernah alpa menyajikan menu baru tentang kemiskinan. Ada yang benar-benar baru, ada juga yang sudah lama namun dimodifikasi. Ini kemiskinan atau resep masakan? Agak sulit juga membedakannya. Karena memang banyak pilihan kemiskinan yang disediakan.

Atau jangan-jangan kemiskinan sudah menjadi budaya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapapun yang mau berdiskusi, silahkan berikan kometar...