Selamat datang temans, silahkan pilih menu yang kalian sukai, jangan lupa baca Bismillah ya ^_^

Aku untuk negeriku

1. Aku dan Aktivitasku
Berangkat dari disiplin ilmu penulis dibidang pendidikan, maka aktivitas yang akan diceritakan dalam essay inipun berkaitan dengan pendidikan. Selama menempuh kuliah S1, penulis aktif di BEM FKIP. Salah satu kegiatannya adalah P3M (Program Pengabdian pada Masyarakat). Konsep kegiatannya hampir sama dengan KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa). Kegiatan ini merupakakn kegiatan tahunan dari BEM FKIP yang dilaksanakan setiap tahunnya. Kegiatan ini merupakan pengejawantahan TRI DHARMA perguruan tinggi yang ketiga yaitu pengabdian pada masyarakat. Terlebih BANTEN adalah propinsi Baru yang masih harus banyak melakukan perbaikan diberbagai bidang. UNTIRTA adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang berada di Banten, tentunya memiliki tanggung jawab sendiri untuk ikut serta membangun Banten. Salah satunya adalah melalui kegiatan kemahasiswaannya.
Batu Ranjang adalah nama sebuah kampung yang menjadi objek dari kegiatan ini. Batu Ranjang terletak di kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Nama Batu Ranjang diambil karena dikampung tersebut ditemukan situs purbakala yang berbentuk batu yang menyerupai ranjang (tempat tidur). Sebuah kampung yang letak geografi tidak begitu jauh dari pusat kota Pandeglang. Hanya karena berada di puncak gunung Pulosari, maka akses ke kota terbilang sulit karena tidak ada angkutan kota yang beroprasi hingga ke kampung tersebut. Maka, untuk sampai ke kampung tersebut harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Salah satu titik tekan kegiatan ini adalah penyadaran kepada masarakat mengenai pentingnya pendidikan. Menurut survey yang dilakukan oleh BEM FKIP, tingkat pendidikan dikampung ini masih dikatakan rendah. Pada umumnya masyarakat hanya menyekolahkan putra-putrinya hingga SD / SMP. Salah satu yang menjadi alasannya karena lokasi sekolah yang jauh serta akses kendaraan yang terbilang sulit. Oleh karenanya, penyadaran akan arti dan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan di kampung tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan selama satu minggu. Walaupun kegiatannya menitiktekankan pada bidang pendidikan, namun ada beberapa kegiatan tambahan yang dilaksanakan seperti dalam bidang pertanian, sosial kemasyarakatan, kepemudaan, keagamaan, dll. Kegiatan bidang pendidikannya yaitu dengan mengadakan penyuluhan, les/privat mata pelajaran untuk anak-anak di kampung tersebut serta membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar yang berada dikampung ini. Dibidang pertanian yaitu dengan memberikan penyuluhan serta praktek langsung bertani bersama masyarakat. Dibidang sosial kemasyarakatan yaitu dengan mengadakan jum’at bersih atau bekerja bakti bersama dengan masyarakat, selain itu juga mengadakan kegiatan pelatihan membuat kue untuk para ibu-ibu dikampung tersebut. Untuk karang taruna atau organisasi kepemudaannya yaitu dengan mengadakan lomba volley ball dan sepak bola, acara ini mendapat sambutan yang baik dari pemuda setempat. Dibidang keagamaan yaitu dengan mengadakan sekolah TPA dan memperbaiki beberapa fasilitas masjid yang rusak. Dan pada malam penutupan, mengadakan pengajian dan perlombaan adzan, mengaji, kasidahan, untuk anak-anak.
Kegiatan ini mendapat sambutan yang sangat baik dari kepala desa dan masyarakat setempat. Salah satunya tercermin saat kita harus kempali ke kampus, banyak dari mereka yang memberikan hasil pertaniannya sebagai buah tangan. Ataupun dengan memberikan beberapa nasehat yang menunjukkan rasa terimakasihnya kepada kita semua dan BEM FKIP UNTIRTA.
Selain beraktifitas di BEM FKIP, penulis pun pernah beraktivitas di KAMMI BANTEN di departemen sosial kemasyarakatan. Salah satu kegiatannya mengenai pendidikan dengan membuat desa binaan. Desa binaan KAMMI BANTEN terletak di desa Kemanduran dan Sidapurna. Desa yang lokasinya tidak begitu jauh dari kampus UNTIRTA.
Ada beberapa alasan kedua desa tersebut dijadikan desa binaan oleh KAMMI Banten, salah satunya karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan arti dan pentingnya pendidikan. Permasalahannya adalah karena biaya pendidikan yang masih tergolong mahal. Hampir sama dengan kondisi masyarakat di kampung Batu Ranjang, pada umumnya hanya menyekolahkan putra-putrinya hingga SD. Selepas SD, mereka (anak-anak) membantu orang tuanya bertani, namun ada beberapa yang menjadi penyemir sepatu, penyapu bis, dan ngamen di terminal Pakupatan, Kota Serang.
Dari kondisi diatas, akhirnya KAMMI Banten berinisiatif untuk mengadakan paket B untuk setara SMP bagi anak-anak yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP. Paket B ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat sekitar. Karena bersekolah di paket B tidak mengharuskan siswanya membeli seragam, tidak ada pungutan biaya sama-sekali, dan waktu belajarnya pun tidak setiap hari, jadi anak-anak tetap bisa membantu orang tuanya di rumah.
Paket B di dua desa ini dinamai Paket B Taman Harapan, dengan filosofi bahwa kita memang menaruh harapan besar kepada mereka (anak-anak). Karena pendidikan adalah hak kita semua, tidak ada yang bisa mengkebirinya, termasuk kemiskinan. Oleh karenanya paket B ini tidak memungut biaya apapun dari siswa.
Tim pengajar pada Paket B ini berasal dari mahasiswa dengan disiplin keilmuwan yang berbeda-beda. Dalam kegiatan ini, penulis pun berkontribusi dengan menjadi pengajar Pendidikan Bahasa Inggris, sesuai dengan disiplin keilmuwan yang dimiliki. Penulis menjadi pengajar hampir selama dua semester hingga penulis menyelesaikan kuliah S1-nya.
Akhirnya, kedua kegiatan ini lah yang berkontribusi kepada penulis dalam membentuk karakter penulis dalam mengajar yang merupakan profesi yang akan digeluti penulis setelah meyelesaikan kuliahnya.

2. Aku untuk Indonesiaku
Laut kia memiliki banyak peran dalam kehidupan. Selain peran geopolitik, laut juga memiliki peran geoekonomi. Laut di Indonesia mengandung kekayaan alam yang sangat besar dan beraneka ragam. Ada 3 potensi pembangunan yang terdapat diwilayah peisir dan lautan yaitu (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resources); (2) sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable resources);dan (3) jasa-jasa lingkungan (environtmental service). Salah satu subjek yang beraktivitas langsung di daerah pesisir pantai adalah nelayan.
Berdasarkan klasifikasi kelompok nelayan dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, terdapat 3 klasifikasi nelayan yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain, dan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dalam pengoprasiannya tidak melibatkan orang lain. Karena keterbatasan potensi serta modal usaha maka sebagian besar nelayan di Indonesia termasuk kedalam klasifikasi nelayan buruh yang memiliki pengertian nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Mereka harus membagi hasil tangkapannya dengan nelayan juragan (yang memiliki peralatan) sampai 65% dengan pembagian 50% untuk nelayan juragan dan 15 % untuk mengatasi kerusakan.
Salah satu pihak yang secara langsung merasakan kondisi dari aktifitas nelayan adalah wanita nelayan. Baik sebagai isteri, anak, ataupun saudara. Pada umunya wanita nelayan hanya membantu mendistribusikan hasil laut dari suami atau keluarganya dengan cara menjualnya kepasar.
Namun ada beberapa Faktor yang menghambat integrasi wanita nelayan dalam pendekatan ekonomi masyarakat meliputi pertama, pendidikan yang rendah, pendidikan yang rendah adalah dampak dari kondisi ekonomi nelayan yang tidak menentu akibatnya pendidikan menjadi hal yang dikesampingkan. Kedua, kurangnya pelatihan – pelatihan dalam mengelola hasil laut seperti ikan, kerang, rumput laut, dan lain-lain, agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada menjual hasil laut sebelum dikelola dari pemerintah setempat, ketiga, modal yang terbatas, kebanyakan dari wanita nelayan harus terjerat oleh rentenir. Hal inipun diakibatkan karena tidak berjalannya koperasi dari pemerintah.
Oleh karenanya, penulis memiliki visi besar terhadap kehidupan wanita nelayan. terlebih dalam pendekatan ekonomi masyarakat, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan, wanita nelayan harus memiliki pendidikan yang tinggi, skill dalam mengelola hasil laut sehingga memiliki daya jual yang tinggi, dan pengadaan koperasi agar tidak terjerat oleh rentenir.
Salah satu kegiatan yang sudah diaplikasikan dalam mendorong integrasi wanita nelayan yaitu dengan mengadakan penelitian yang diikutsertakan dalam kegiatan the First International Graduate Students Conference on Indonesia dengan judul Faktor penghambat integrasi wanita nelayan (pendekatan ekonomi masyarakat) dalam pembangunan kelautan dan perikanan, yang hasilnya akan dibuat sebuah kebijakan untuk disampaikan kepada Pemerintah Daerah.

3. Aku dan Ide Konkrit
Kecamatan Simpang Pematang adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Tulang Bawang propinsi Lampung. Dahulu merupakan daerah transmigran yang mempunyai pertumbuhan perekonomian yang cukup pesat. Pada umumnya masyarakat di kecamatan ini berprofesi sebagai petani karet dan sawit. Baik sebagai pemilik maupun pekerja. Untuk pertanian sawit, pada umumnya di olah oleh pabrik dengan system bagi hasil. Untuk pertanian karet, pada umumnya diolah sendiri. Pada essay ini akan menitikberatkan pada petani karet.
Jika diklasifikasikan, ada 3 golongan petani karet yaitu pemilik, penyewa, dan pekerja. Yang dikatakan pemilik, adalah yang memiliki tanah sekaligus pohon karetnya, karakter petani yang seperti ini kurang lebih 20 % dari penduduk di kecamatan simpang pematang. Adapun klasifikasi petani sebagai penyewa, yaitu bertani karet dengan tanah milik orang lain, hampir 20 % juga dari keseluruhan penduduk di kecamatan Simpang Pematang. 60% nya lagi tergolong dalam klasifikasi buruh/pekerja. Untuk menjadi pekerja (penyadap karet) memiliki keahlian. Karena konsekwensinya, jika tidak bisa menyadap karet dengan benar, maka pohon karet selain menghaslkan getah yang sedikit, pohon karet tersebut juga akan mudah mati.
Yang akan menjadi sorotan dalam essay ini adalah angka 60 % penduduk kecamatan Simpang Pematang hanya menjadi buruh petani karet. Penghasilannya 30% dari hasil bersih. Petani ini biasanya bekerja dengan megajak anak ataupun saudaranya. Anak-anak laki-laki dari petani buruh dari usia SD-SMP biasanya dilatih juga untuk menyadap, sehingga bisa dipekerjakan dengan tujuan membantu perekonomian keluarganya. Pelatihan menyadap biasanya hanya dilakukan oleh orang tuanya masing-masing, hanya berbekal pengalaman dari orang tuanya.
Oleh karena itu, salah satu ide konkrit penulis adalah mengembangkan potensi 60 % petani buruh ini adalah dengan mengadakan pelatihan atau kursus menyadap pohon karet yang benar serta pengadaan koperasi. Tujuan dari pelatihan ini agar para peserta memahami dan bisa mempraktekkan cara menyadap pohon karet yang benar. Sasarannya adalah anak petani buruh, dengan tujuan adalah dengan mereka memiliki skill menyadap yang benar dapat membantu perekonomian orang tuanya. Adapun tujuan pengadaan koperasi adalah untuk memberikan modal kepada petani buruh agar mereka bisa memiliki dan mengelola kebun karetnya sendiri. Dengan demikian, income yang akan didapatkan bertambah dibandingkan hanya sebagai petani buruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapapun yang mau berdiskusi, silahkan berikan kometar...