Selamat datang temans, silahkan pilih menu yang kalian sukai, jangan lupa baca Bismillah ya ^_^

senyum itu tak lekang dari ingatan

Ketertarikanku pada dunia anak-anak sepertinya sudah terlihat sejak aku memiliki seorang adik. Ada saja ide untuk membuatnya bersuara (tertawa sampai menangis). Salah satu keahlian adikku adalah dapat menirukan gaya bicara orang lain, nah ini dia yang sering aku jadikan sasarannya. Biasanya dia akan bersemangat untuk menirukan gaya bicara gurunya baik disekolah maupun di madrasah. Hampir tak luput aku tertawa saat dia mengikuti gaya bicara guru-gurunya tersebut dan ada kepuasan tersendiri bukan untuk adikku tetapi diriku. Itulah uniknya kita, kita memiliki aksen berbicara masing-masing, ada yang kental dengan jawanya, berbicara sambil geleng-geleng kepala, mata dikedip-kedipkan, sungguh itu semua adalah karunia Allah dan keuntungan buatku sendiri untuk merefresh otakku yang biasanya seharian berkutat dengan buku. Pak selamet, bu nerly, bu eni, mang aan dan yang lain yang tak bisa aku sebutkan satu-satu (karena banyak) maafkan aku... tidak ada maksud buruk, hanya ingin mencari kesenangan semata. Biasanya kalau adikku sudah cape menirukkannya dia akan bilang, udah donk teh, cape...(ehm...terusin donk, bapak/ibu siapa lagi ya yang belum...nah looo)

Aku bersyukur ketika masuk kampus harus tersesat dijalan yang benar (insyaAllah), inilah awal mula ku kenal apa itu dakwah kampus, tarbiyah, KAMMI, aktivitas ini dan itu. Inipun yang mengenalkanku pada dunia anak-anak lagi. Untungnya aku sudah punya modal bagaimana melakukan pedekate dengan mereka, ups...mereka ga bisa lo cuma dikasih senyum manis, atau kedipan mata, ato permen se bungkus, eskaesde kilahnya. Atau ada juga yang lari terbirit-birit (dikira hantuuuuu kaleee), tapi kalau yang punya bakat genit biasanya udah langsung ditunjukkin, hai....sapanya dengan mata berkedip-kedip pula (tau lampu listrik yang hampir putus? Ya seperti itulah kurang lebih) walah-walah. Sempat menjadi guru di TPA diterminal, kebetulan kampusku memang dekat dengan terminal dan kebanyakan dari orangtua mereka adalah pedagang asongan yang berjualan diterminal tersebut. Ada kebiasaan rutin yang harus para guru lakukan, yaitu menjemputnya saat jam belajar akan dimulai, dan mengantarkannya saat jam belajar selesai. Capek? insyaAllah kita tepiskan perasaan itu, lagian sudah merasakan terbayar rasa capeknya dengan hanya melihat senyumnya, halah..halah...

Anak-anak itu lucu dan polos. Mereka masih bersih, sepakat kalau kita menganalogikannya sebagai kain putih yang belum bernoda. Tapi, kain putih itu pun kurang menarik rasanya kalau dibiarkan putih begitu saja, lebih indah kalau kita lukis dengan lukisan ilmu. Beri kain putih itu dengan sentuhan akhlak, moralitas, budi pekerti, sopan santun, dan lain-lain. Maka kain itu tidak hanya cantik, namun juga bermakna, tidak hanya menarik dan enak dipandang namun juga membawa barokah kepada orang tua mereka. Tujuan inilah yang membuat kita merasa harus ada bersama mereka. Karena kita tidak mau kain putih polos tersebut bernoda, rusak, tercabik-cabik, dan kemudian dicampakkan begitu saja bagai sampah. Naudzubillah.

Tulisan ini dibuat jauh dari TPA samping terminal, namun saat memoriku kubuka, serasa dekat. Sudah seperti apa kalian sekarang? insyaAllah menjadi hamba Allah yang sholeh dan sholehah.

(akh roni, akh dinta, akh edi, ukh ruri, ukh salma, apa yang kita lakukan insyaAllah tidak ada yang sia-sia).

Wallahu a’lamu bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapapun yang mau berdiskusi, silahkan berikan kometar...