Selamat datang temans, silahkan pilih menu yang kalian sukai, jangan lupa baca Bismillah ya ^_^

Bismillahirrahmanirrahiim


Rasanya umurku sudah cukup untuk membicarakan tentang pernikahan, ijazah S1 pun sudah didapatkan. Biasanya para orang tua memberikan attensi kepada putra-putri tercintanya agar dapat menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu baru setelah itu diberikan SIM (surat izin menikah). Begitu pun ibuku “aa menikahnya nanti setelah lulus S1, begitupun teteh”. Dengan berbagai macam alasan pula, ada yang beralasan jika SIM itu diberikan saat masih kuliah ada kekhawatiran kuliahnya akan terbengkalai atau karena belum punya pekerjaan tetap (lha mana yang lebih baik, pekerjaan atau tetap bekerja?) tapi logis juga koq, siapa sih orang tua yang mau melihat anaknya menderita. tapi yang sebenarnya menderita siapa? Khan hidup dengan istri atau suami tercinta, pastinya semua terasa indah. iya khan? Bukan, ternyata bukan itu.

Kebanyakan orangtua mengukur kesiapan seseorang untuk menikah salah satunya dengan kondisi ekonominya, memangnya mau dikasih makan apa kalau belum bekerja!! Yup betul banget, realistis. Kita ga cuma bisa hidup dengan cinta, kita mempunyai kebutuhan sandang, pangan , dan papan. (wuih udah kaya guru PPKN aja). Tapi ngatkrah kita bahwa Allah itu maha pemurah dan kaya bagi hambanya yang tidak pemalas.
Tapi sebenarnya bukan tentang SIM yang akan aku bicarakan disini, tetapi lebih kepada muhasabah diri, sudahkah kita mempersiapkan semuanya untuk hari bahagia itu. Terlebih diriku, sejujurnya aku masih takut saat membayangkan jika pernikahan itu benar-benar akan terjadi padaku. Aku sudah cukup dewasa koq untuk tidak membayangkan hal-hal yang indah saja dalam pernikahan namun hal terburuk sekalipun. Aku banyak mempelajarinya dari lingkungan sekitar, bagaimana kondisi rumah tangganya, komunikasi antara suami istri, keluarga, anak, cara mendidik anak-anak, bagaimana dakwahnya agar lebih semangat, bagaimana kita bisa menjadi motor penggerak di lingkungan kita, dan masih banyak lagi yang aku pelajari sebelum Allah mempercayaiku untuk menyandang gelar seorang istri plus seorang ibu.
Aku selalu berpositif thinking kepada Allah jika saat ini belum diberikan kepercayaan besar itu. Sudah ada beberapa teman dan adik tingkat yang sudah lebih dulu menggenapkan setengah dien mereka, ah pasti mereka kondisi ruhiyahnya lebih baik dariku, tilawahnya lebih mantap, karena analoginya jikalau saat sendiri saja kita belum bisa memanage diri kita dengan baik, bagaimana jika kita sudah berkeluarga. Kita sudah tidak lagi bertannggungjawab hanya pada diri kita sendiri, tetapi juga pada suami dan anak-anak. Rasanya masih banyak bekal yang belum aku penuhi. Lagipula aku masih punya banyak cita-cita dan tahapan-tahapan yang sedikit menguras konsentrasi yaitu menyelesaikan kuliah pascasarjana. Semoga Allah memudahkan aku untuk bisa menyelesaikan salah satu amanah orang tua dengan baik, sambil terus berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan untuk bisa menyandang amanah Allah yang luar biasa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapapun yang mau berdiskusi, silahkan berikan kometar...