Selamat datang temans, silahkan pilih menu yang kalian sukai, jangan lupa baca Bismillah ya ^_^

episode pare

Belajar itu tidak mengenal waktu dan usia. Saya salut ketika di pare banyak rekan-rekan saya yang gak hanya dari tempat yang jauh tetapi juga usia yang yang tak lagi muda. Namun semangatnya patut dicontoh oleh yang muda-muda termasuk saya. Betapa dengan saya banyak mengetahui sesuatu, saat itu juga saya mengetahui betapa banyak pula hal yang belum saya ketahui atau juga saya lupakan.
Pertama kali datang kepare, hawa akademis sudah mulai terasa. Sepanjanag jalan, yang saya perhatikan, banyak lembaga kursus yang menawarkan kursusannya (b,inggris), pikirku sudah seperti penjual kacang goreng saja ini, atau juga warteg. Tinggal kita pilih menu sesuai selera kita.
Tak ketinggalan, pemandangan yang sudah sangat jarang saya lihat di kota kecil seperti kota di Indonesia pada umumnya, yaitu pemakai sepeda. Lagi-lagi saya senang menganalogikannya dengan kacang goreng, kenapa? Karena murah meriah, banyak, dan mudah didapat. Hampir mereka yang sedang mengikuti program kursus menggunakan sepeda untuk alat transportasinya. Apalagi yang mengikuti kursus lebih dari satu program juga dengan lembaga yang yang berbeda, using bycycle is recomended. Cukup dengan uang empat puluh ribu rupiah plus KTP, kalian sudah dapat menikmati sepeda selama 1 bulan plus service gratis lho. Eh..tapi dibalikin kalau udah satu bulan, karena kalian cuma nyewa. Saran saya sih, bagi yang mempunyai rencana di pare lebih dari 1 bulan, lebih baik membeli, karena lebih ekonomis karena bisa kita jual lagi. Lima menit langsung oke.he..he.. engga seperti jual mobil koq...
Islami, salah satu hawa yang saya rasakan juga di pare. Subhanallah berdasarkan ekspedisi saya dengan sepeda kesayanganya saya yang baru sekitar tulungrejo, itupun mungkin belum semua, saya sudah menemukan kurang lebih 7 masjid. Jadi salah satu program saya dipare selain mengikuti kursus, saya juga melakukan jaulah kemasjid-masjid. Ingin merasakan sholat dirumah Allah. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan yang luar biasa pada saya.
Kalau masalah makanan ya standard lah, alhamdulillah setelah melakukan pencarian sekitar hari ketiga akhirnya menemukan makanan yang sederhana, murah meriah, namun gizi cukup terpenuhi. Ni gwe banget. Maklum seumur-umur saya hidup sebagai orang perantau, jadi harus secerdik mungkin memanfaatkan uang yang ada.
Saya akan kembali pada cerita saat saya pertama kali datang, setelah saya amati di pare hujan turun hampir setiap pukul 15.30 – 17.00, kebetulan saya sampai pare pukul 16.30 – an, tak bisa dielakkan, saya harus mencari kost dengan kondisi kehujanan. Setelah beberapa kali bolak balik mencari kost sekitar elfast, namun hampir semua sudah terisi, akhirnya berdasarkan petunjuk dari seorang bapak yang sedang santai, akhirnya saya mendapatkan kost tersebut. Huh..cape, dingin, lelah, menjadi satu. Sambutan ibunya sangat baik, kita diberi kamar yang diatas, hem..cukup lumayan walau kondisi agak kurang nyaman. But, no one is perfect. Dinikmatin aja.
Ehm...tak lupa pula saya ucapkan terimakasih yang paling dalam buat bapak becak yang setia menemani saat mencari kost, walau dalam kodisi hujan yang deras. Tak pelak ia pun akhirnya basah kuyup juga. Hingga tulisan ini dibuat, saya belum pernah bertemu beliau. Padahal saya sering berekspedisi disekitar pare. Saat itu sempat khawatir beliau akan sakit, karena sudah tua, pastinya daya tahan tubuhnya lebih lemah. Semoga sebelum saya meninggalkan pare, saya bisa bertemu lagi dengan beliau, pastinya dengan senyumnya itu lho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapapun yang mau berdiskusi, silahkan berikan kometar...